"KRISIS REGENERASI PETANI MUDA"
- Kaitan Regenerasi Petani Muda dan Ketahanan Pangan
Kondisi petani muda yang berada di dunia saat ini sedang berada pada fase kritis regenerasi. Dalam kasus Indonesia dengan latar belakang negara agraris, pertanian seharusnya menjadi sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak dibanding sektor lain. Namun hal ini justru berlaku sebaliknya. Tenaga kerja petani yang semakin berkurang akan berdampak terhadap produktivitas pertanian yang akan bermuara pada penurunan ketahanan pangan. Lebih-lebih, generasi muda saat ini cenderung memilih bekerja pada bidang industri non pertanian serta perkantoran dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan bahwa usaha di bidang pertanian ini kurang menguntungkan darisegi perekonomian. Regenerasi petani harus berjalan beberapa alasan. pertanian penting berkesinambungan karena
- Pertama, regenerasi pelaku bagi penjaminan hak atas pangan dan terwujudnya ketahanan pangan di masa depan. Untuk menjamin hal tersebut ditentukan oleh keberadaan petani muda saat ini.
- Kedua, regenerasi petani merupakan syarat bagi terwujudnya pertanian berkelanjutan. Pelaku pertanian yang berkesinambungan dapat menjamin ketersediaan dan hak atas pangan bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
- Ketiga, regenerasi pelaku pertanian penting bagi terwujudnya kedaulatan pangan yang terkait dengan kemampuan memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
Regenerasi petani dan pewarisan pertanian harus dianggap sebagai fenomena yang kompleks yang tidak hanya mempengaruhi dimensi inti kehidupan keluarga petani, tetapi juga sektor ketahanan pangan yang lebih luas. Transfer pertanian antar generasi harus dilihat sebagai dasar untuk keberlanjutan hak atas pangan dan keberlangsungan pertanian global.
Regenerasi petani ini penting untuk dilakukan melihat alasan dan dampak untuk ketahanan pangan. Regenerasi petani perlu dilakukan karena melihat dari usia petani yang semakin tua ini mengakibatkan penurunan kinerja dalam bidang pertanian. Semakin terbukanya dunia dan persaingan pasar menyebabkan pelaku yang harus bekerja pada sektor pertanian adalah petani yang produktif dan efisien. Petani berusia lanjut memiliki kinerja dan produktivitas yang rendah. Petani ini juga relatif tertinggal dalam pemanfaatan teknologi di bidang pertanian. Berbeda dengan petani muda yang memiliki sebuah peluang kinerja yang lebih baik dan hasilnya pun lebih produktif serta efisien. Oleh karena itu, adanya regenerasi petani ini diharapkan dapat menyediakan tenaga kerja yang baru serta lebih efisien dan profesional untuk menggantikan petani yang sudah lanjut usia.
- Penyebab Krisis Regenerasi Petani Muda
Beberapa faktor yang menyebabkan krisis regenerasi petani muda di Indonesia antara lain:
- Keterbatasan akses terhadap modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang terampil, sehingga menghambat kemampuan petani muda untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan mereka.
- Tingginya tingkat urbanisasi dan peningkatan pendidikan di pedesaan, yang membuat banyak pemuda lebih memilih bekerja di sektor non-pertanian, seperti industri atau jasa.
- Kurangnya daya tarik profesi petani di mata generasi muda, yang dianggap kurang bergengsi dan berpotensi menghasilkan pendapatan yang rendah dibandingkan dengan pekerjaan di sektor lain.
- Peningkatan usia petani di Indonesia yang menyebabkan kurangnya pengganti untuk mengisi posisi petani yang pensiun atau meninggal dunia.Tantangan perubahan iklim dan lingkungan yang semakin kompleks, yang memerlukan keahlian dan pengetahuan khusus untuk menghadapinya.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan daya tarik profesi petani, meningkatkan akses terhadap modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang terampil, serta memperkuat dukungan kebijakan dan program yang mendorong regenerasi petani muda.
- Dampak Krisis Regenarsi Petani Muda
Krisis regenerasi petani muda di Indonesia dapat berdampak luas pada sektor pertanian dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
- Dengan berkurangnya jumlah petani muda yang terampil dan berpengalaman, maka produktivitas pertanian akan menurun. Ini akan berdampak pada ketersediaan bahan pangan, serta berpotensi meningkatkan harga pangan di pasar.
- Petani muda biasanya lebih terbuka terhadap inovasi teknologi dan memiliki pengetahuan yang lebih up-to-date dibandingkan dengan petani tua. Jika generasi muda tidak tertarik untuk menjadi petani, maka kemungkinan terjadi stagnasi dalam pengembangan teknologi dan pengetahuan pertanian.
- Krisis regenerasi petani muda berpotensi meningkatkan tingkat pengangguran di pedesaan. Banyak pemuda yang tidak tertarik menjadi petani mungkin mencari pekerjaan di kota atau sektor non-pertanian, dan ini dapat meningkatkan persaingan di pasar tenaga kerja.
- Dalam jangka panjang, penurunan produktivitas dan kualitas hasil pertanian serta rendahnya minat generasi muda untuk menjadi petani dapat mengurangi daya saing sektor pertanian di Indonesia. Hal ini berpotensi berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial di pedesaan.
- Terhambatnya Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan bisa diwujudkan dengan pelestarian SDA sebagai aset untuk kedepannya. namun SDA itu tidak akan bisa dikelola dengan baik untuk masa mendatang jika SDM tidak diperhatikan juga. artinya, pertanian berkelanjutan akan berjalan ketika pelestarian SDA dan SDM bisa dilaksanakan secara seimbang. SDM ini diperhatikan lewat regeenerasi petani muda yang lebih produktiv dan cakap teknologi, bukan lagi didominasi oleh petani lanjut usia, yang sudah kurang produktivitasnya
- Ketahanan Pangan Terganggu
Mengapa krisis Regenerasi Petani bisa mengganggu ketahanan pangan? karena pangan akan dihasilkan dari petani. jika petani hanya didominasi oleh petani lanjut usia yang memiliki tenaga yang mulai berkurang, maka estafet ketahanan pangan selanjutnya siapa yang akan melanjutkan? jika kaum muda selalu menganggap bahwa pertanian miskin dan tidak menghasilkan.
Divisi IT & JURNALISTIK
HIMASEKTA FP UNAND
Sumber
Moch. Marsa Taufiqurohman, Dilla Restu. 2022. Regulasi Regenerasi Petani dalam Konteks ketahanan Pangan. Jurnal HAM vol.13 no.1. Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar