" KETAHANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KRISIS PANGAN GLOBAL" - HIMASEKTA FP-UNAND

Minggu, 14 Mei 2023

" KETAHANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KRISIS PANGAN GLOBAL"

 "KETAHANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KRISIS PANGAN GLOBAL"


    Pertanian mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena berfungsi sebagai penyedia pangan, pakan untuk ternak, dan bioenergi. Peran pertanian sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional, terutama mewujudkan ketahanan pangan, peningkatan daya saing, penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan. Selain itu, mendorong pertumbuhan agroindusti di hilir dan memacu ekspor komoditas pertanian untuk meningkatkan devisa negara. Di sisi lain, penyediaan kebutuhan pangan masyarakat merupakan tugas utama yang tidak ringan, yaitu diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2050 mencapai 330,9 juta jiwa, terbesar keenam di dunia setelah India, Tiongkok, Nigeria, Amerika Serikat dan Pakistan. Krisis pangan adalah keadaan kelangkaan pangan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, serta konflik sosial termasuk perang.

    Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut negara-negara di dunia akan mengalami krisis pangan di tahun 2023 mendatang. Sehingga isu pangan global ini harus diselesaikan dengan duduk bersama antar negara. Sri Mulyani mengatakan, permasalahan ketahanan pangan telah menjadi perhatian forum G20. Presidensi G20 Indonesia telah menegaskan kembali komitmennya untuk menggunakan semua perangkat kebijakan yang tepat untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk risiko kerawanan pangan. 

    G20 atau Group of Twenty adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa.  G20 merupakan representasi lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.  Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

  • Kebijakan Penguatan Ketahanan Pangan Nasional
Ketersediaan pangan yang dapat dijangkau berbagai pihak mampu ikut menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika global. Maka dari itu, ketahanan pangan perlu menjadi fokus untuk ditingkatkan dengan mewujudkan pangan yang berdaulat (food sovereignty) dan mandiri (food resilience). Ketahanan pangan bukan hanya menjadi prioritas tapi juga menjadi target kesejahteraan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah telah merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan penguatan ketahanan pangan nasional 
  1. Dari sisi pembiayaan, Pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat diakses oleh pelaku sektor pertanian dengan bunga yang hanya sebesar 3 persen hingga akhir tahun 2022. Selain itu, plafon kredit KUR pada tahun 2022 juga ditingkatkan hingga Rp373,17 triliun dan plafon KUR Mikro (tanpa agunan tambahan) yang sebelumnya di atas Rp10 juta hingga Rp50 juta, ditingkatkan menjadi di atas Rp10 juta hingga Rp100 juta.  
  2. Dari aspek kelembagaan, upaya yang dilakukan Pemerintah adalah dengan membentuk Badan Pangan Nasional melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021. Lembaga ini diberikan kewenangan terkait pengelolaan cadangan pangan Pemerintah, pelaksanaan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga, penguatan sistem logistik pangan, pengentasan wilayah rentan rawan pangan, pengembangan penganekaragaman pangan dan pengembangan potensi pangan lokal. 
  3. Untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP), telah diterbitkan kebijakan pembelian gabah atau beras petani oleh Perum BULOG hingga stok CBP mencapai 1,2 juta ton setara beras. Penugasan ini ditujukan untuk memperluas kapasitas Perum BULOG dalam menyerap produksi petani pada musim gadu tahun 2022, sekaligus mencegah jatuhnya harga di tingkat petani. 
  4. Selain itu, Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan lokal dengan meningkatkan produksi jagung, sorgum, sagu, dan singkong melalui perluasan lahan dan pembukaan area baru dalam rangka peningkatan produksi sebagai alternatif bahan pangan impor.
  • Penyebab Krisis Pangan

  1. Harga pupuk yang lebih tinggi menaikkan harga pangan. Situasi seperti itu terjadi setelah perang antara Ukraina dan Rusia mengganggu rantai pasokan.

  2. Perubahan iklim

  3. Perlambatan produksi pangan Perang Rusia-Ukraina berdampak pada perdagangan dunia.
  4. Latar belakang alami dari kelangkaan dan kebangkitan bahan baku industri. Akibatnya, kondisi tersebut memperparah krisis gizi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
  5. Rantai distribusi yang panjang merupakan faktor lain penyebab melambungnya harga pangan. Hal ini menyebabkan pengawasan negara yang belum optimal.
  6. Ketidakstabilan ekonomi Inflasi dan guncangan ekonomi mempengaruhi akses pangan bagi banyak orang. Bahkan ketika makanan tersedia, itu terlalu mahal bagi banyak orang, membatasi akses masyarakat terhadap makanan.

  • Tantangan Ketahanan Pangan 
beberapa hal yang menjadi tantangan ketahanan pangan dan gizi meliputi 
  1. sarana dan prasarana pertanian,  
  2. skala usaha tani kecil dan konversi lahan, 
  3. adanya dampak perubahan iklim, 
  4. akses pangan yang tidak merata, 
  5. food loss and waste yang tinggi, 
  6. regenarasi petani lambat dan 
  7. tantangan di inovasi dan diseminasi teknologi.

MARI BERFIKIR KRITIS

Dari adanya isu mengenai krisis pangan global dan beberapa upaya untuk mengatasi masalah tersebut, apakah yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa sosial ekonomi pertanian ? apa saja kontribusi yang bisa kita beri sebagai upaya mendukung ketahanan pangan di sektor pertanian?

berikut ada beberapa isu terkait dengan masalah diatas
    1. krisis pangan global.Kketika pertahanan sektor pertanian tidak bisa dilaksanakan, maka krisis pangan mungkin akan terjadi yang akan mengakibatkan kelaparan dimana-mana. oleh karena itu pertahanan di sektor pertanian perlu dilakukan dengan strategi yang tepat.  
    2. penggunaan pupuk dan perstisida diluar takaran. Untuk menghasilkan pangan yang berlimpah, dibutuhkan pula produktivitas yang berlimpah dengan cara yang singkat agaar tidak terjadi krisis pangan.  penggunaan pupuk dan pestisida secara besar memang bisa meningkatkan produktivitas, tetapi tidak aman bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. ini merupakan salah satu isu yang berkaitan dengan mencukupi kapasitas pangan masyarakat dengan pertumbuhan masyarakat

Divisi IT & JURNALISTIK
HIMASEKTA FP UNAND

Sumber

Dinas pangan dan perikanan mojokerto. 2022. Krisis pangan hantui di tahun 2023. artikel

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2022.Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan Harus jadi Perhatian Khusus Bagi Pemerintah. Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar